*

*

Ads

FB

Selasa, 23 Agustus 2016

Pedang Kayu Harum Jilid 136

Akan tetapi, kakek ini tidak mengenal keanehan dan kelihaian Ilmu Silat San-in-kun-hoat yang hanya terdiri dari delapan jurus itu yang dicipatakan oleh Sin-jiu Kiam-ong dengan dasar gerakan-gerakan ilmu yang tinggi.

Ketika Keng Hong melihat lawannya menangkis, dia tahu bagaimana harus mengembangkan jurusnya. Memang jurus-jurus ilmu silatnya mempunyai perkembangan yang banyak sekali, disesuaikan dengan sikap lawan menghadapi jurus itu. Tanpa menghentikan tendangannya, tubuhnya terus menerjang ke bawah, akan tetapi ketika dia sudah merasa sambaran angin tangkisan kedua tangan kakek itu yang mengerahkan tenaga yang amat kuat, secepat kilat Keng Hong menggerakkan kakinya ke bawah, menarik kembali kedua tendangan susul-menyusul itu akan tetapi melanjutkan serangan susulan yang kini dapat dia lakukan dengan kedua kaki menginjak tanah karena ketika memapaki tendangannya tadi, Thian-to Lo-mo sudah menaikkan tubuhnya.

"Celaka...!"

Thian-to Lo-mo berseru kaget tahu-tahu kepalan tangan kiri Keng Hong sudah menghantam dadanya dengan kekuatan yang dahsyat sekali! Namun dia masih dapat cepat menggerakkan tangan yang tadi luput menangkis pukulan yang ketika kedua lengan beradu membuat seluruh tubuhnya terasa tergetar dan panas, dan pada detik itu, tangan kanan Keng Hong yang terbuka jari-jari tangannya menampar ke arah ubun-ubun kepalanya dengan kecepatan yang tak mungkin dapat ditangkis lagi karena terlalu dekat.

"Habis aku...!!"

Thian-to Lo-mo melempar tubuhnya ke belakang, akan tetapi maklum bahwa dia tetap kalah cepat dan sekali tangan pemuda yang amat lihai ini mengenai ubun-ubun kepalanya biarpun perlahan saja, sudah cukup membuat nyawanya melayang!

Akan tetapi Keng Hong masih dapat menguasai tangannya. Pemuda ini tentu saja tidak mau membunuh lawannya. Selagi dia masih dapat menguasai diri tentu dia akan menghindarkan pembunuhan. Betapapun juga, dia harus memperlihatkan bahwa dia menang dalam pertandingan ini, maka tangannya yang menampar ubun-ubun kepala itu dia ubah sedikit.

"Plakkk!"

Bukan ubun-ubun kepala yang ditampar, melainkan pangkal leher dekat pundak. Namun cukup membuat Thian-to Lo-mo terbanting dan bergulingan. Napas kakek ini sesak dan setelah meloncat bangun, kakek ini cepat duduk bersila untuk mengerahkan sinkang agar tidak terluka di sebelah dalam tubuhnya.

"Hebat sekali! Cia Keng Hong, suteku sudah kalah. Mari kau berilah pelajaran kepadaku!"

Keng Hong maklum bahwa kalau dia hendak pergi dengan selamat dan aman membawa pusaka-pusaka itu, dia harus dapat mengalahkan tiga orang kakek itu. Dia sudah berhasil mengalahkan seorang di antara mereka dan dia tahu bahwa kakek sastrawan ini tentu lebih lihai atau paling tidak juga tidak kalah lihai oleh kakek pendeta.

Membantah pun tiada guna, maka dia lalu melangkah mundur dan bersiap saja dengan sikap tenang. Seperti juga Thian-to Lo-mo, Bun-ong Lo-mo ini tidak mengeluarkan senjatanya, maka Keng Hong juga menghadapinya dengan tangan kosong. Kalau tidak terpaksa sekali, tentu dia tidak akan mau mengeluarkan Siang-bhok-kiam.






Bun-ong Lo-mo berseru,
"Haaooowww!" dan tiba-tiba tubuhnya sudah membentuk kuda-kuda yang kuat dengan kedua kaki disilangkan dan tubuh tegak lurus, matanya memandang Keng Hong kemudian kedua tangannya bergerak, jari-jaari tangannya terbuka dan kedua tangan itu membuat gerakan di udara depan mukanya, gerakan yang tidak karuan dan aneh tidak seperti gerakan memukul atau menangkis, pendeknya bukan gerakan silat.

Mula-mula Keng Hong heran melihat ini. Dia tidak mengenal gerakan-gerakan itu akan tetapi akhirnya dia mengerti bahwa kakek sastrawan yang merupakan orang ke dua dari Thian-te Sam-lo-mo ini membuat gerakan-gerakan menulis huruf-huruf besar! Karena dari tempat dia berdiri huruf-huruf yang dicoret-coret di udara itu terbalik, maka sukar baginya untuk menduga, huruf-huruf apakah yang sedang ditulis secara aneh oleh calon lawannya ini!

Bun-ong Lo-mo terus menggerak-gerakkan kedua tangannya, akan tetapi sekarang yang dipakai "menulis" di udara itu hanya tinggal jari telunjuknya saja sedangkan jari yang lain menggenggam. Dua buah jari telunjuk kanan kiri itu masih membuat gerakan corat-coret di depan mukanya dan kedua kakinya mulai digeser dan secara cepat telah tiba di depan Keng Hong.

"Cuuuuuutttttt!"

Tiba-tiba jari tangan kiri yang tadinya membuat gerakan mencoret ke atas itu dilanjutkan dengan "coretan" ke bawah menuju ke mata Keng hong!

Tentu saja Keng Hong tidak membiarkan mata kanannya dicolok oleh jari telunjuk itu, maka dia cepat miringkan kepala mengelak. Terasa olehnya betapa angin yang dingin sekali lewat menyambar mukanya ketika tusukan telunjuk ke matanya yang masih terus mencorat-coret udara itu mencoret dengan telunjuk ke tenggorokan Keng Hong. Kembali Keng Hong mengelak.

"Cuuuuuussssss...brettt!"

"Ayaaaaa...!"

Keng Hong cepat meloncar mundur saking kagetnya melihat betapa ketika dia mengelak tadi, ujung telunjuk lawan mampir ke baju di pundak dan... kain baju itu bagaikan disabet pedang yang amat tajam menjadi robek! Kiranya jari telunjuk itu berbahaya bukan main dan kukunya amat kuat dan tajam seperti pedang!

Sastrawan tua itu agaknya gembira dengan hasilnya merobek baju Keng Hong dan kini tubuhnya menerjang cepat sakali dengan serangan kedua ujung jari telunjuk yang dia maklum bahwa dua buah jari telunjuk itu dipergunakan sebagai sepasang senjata pit untuk menotok dan bahkan dapat dipakai untuk menusuk dan membacok menggunakan kuku, Kenghong menjadi hati-hati sekali dan dia pun menggunakan ginkangnya untuk mengelak ke sana ke mari.

Untuk mempelajari sifat ilmu silat aneh dari lawannya, terpaksa dia harus selalu mengelak sambil memandang penuh perhatian. Seperti juga ilmu silat dari Thian-to Lo-mo tadi, kini ilmu silat Bun-ong Lo-mo benar-benar hebat luar biasa dan amat aneh. Sukar bagi dia untuk mengenal ilmu silat ini, akan tetapi setelah lewat belasan jurus dan kadang-kadang meloncat tinggi di udara sambil meneliti, dia mengerti bahwa dasar ilmu silat yang menggunakan kedua telunjuk sebagai senjata penotok dan penusuk ini adalah ilmu Poan-koan-pit, akan tetapi gerakkannya dilakukan dengan coreatan-coretan seperti menulis huruf. Justeru gerakan inilah yang amat lihai dan membingungkan lawan. Gerakan corat-coret huruf ini menyembunyikan gerakan inti yang merupakan serangan!

Setelah maklum akan sifat ilmu silat lawan, Keng Hong mengerti bahwa penggunaan San-in-kun-hoat tidak akan menguntungkan. Sesuai dengan nama dan sifatnya, ilmu silat San-kun-in-kun-hoat (Ilmu Silat Awan Gunung) banyak menggunakan serangan dari atas, seperti jalannya awan yang bergerak setiap saat di puncak Kiam-kok-san.

Adapun ilmu silat Bun-ong Lo-mo justeru menggunakan coretan-coretann ke udara, maka amatlah berbahaya apabila dia menggunakan ilmu silatnya yang hebat, yang dia temukan di tempat rahasia gurunya, ilmu satu-satunya yang tidak dicuri Cui Im disamping ilmu penggunaan tenaga sinkang yang dia dapat secara mujijat ketika gurunya mengoperkan sinkang kepadanya, yaitu Ilmu Silat Thai-kek Sin-kun,

"Wah-wah-wah,bocah ini bukan main hebatnya! Tidak kalah oleh mendiang gurunya!"

Kakek jembel bertepuk-tepuk tangan dengan girangnya ketika menyaksikan sutenya bersama pemuda itu sudah mulai bergebrak, saling serang dengan gerakan yang kuat dan cepat sekali. Tubuh keduanya sampai lenyap dan yang tampak hanya bayangan mereka bergerak ke kanan kiri.

Memang kakek sastrawan itu hebat sekali, selain memiliki sinkang yang kuat serta ginkang yang membuat tubuhnya seperti tidak menginjak tanah, juga gerakan kedua tangan yang selalu mencorat-coret itu amat berbahaya.

Namun, Keng Hong bergerak dengan tenang dan membentuk lingkaran-lingkaran yang selain dapat memunahkan semua serangan lawan, juga dapat membalas dengan pukulan-pukulan yang tidak kalah hebatnya daripada serangan lawan.

Seratus jurus telah lewat dan Keng Hong merasa khawatir. Menghadapi kakek ini saja begini sukar mencapai kemenangan, apalagi kalau si jembel tua itu yang maju tentu lebih hebat lagi kepandaiannya dan lebih sukar baginya untuk mencapai kemenangan.

Sejak tadi, semenjak bajunya robek oleh serempetan kuku jari telunjuk, Keng Hong selalu menjaga agar jangan sampai tubuhnya terkena sepasang telunjuk lawan. Inilah sebabnya mengapa sampai lama dia tidak mampu mencapai kemenangan. Karena, dia terlalu berhati-hati, maka dia lebih memusatkan perhatian kepada pertahanan dan hanya membalas serangan lawan kalau tiba kesempatan dan ada lubang saja

Padahal, sifat ilmu silat lawan itu lebih diutamakan menyerang daripada bertahan, sehingga kini kehatian-hatian Keng Hong dipergunakan secara baik oleh Bun-ong Lo-mo yang terus mendesak dengan cepat sekali sambil membuat coretan-coretan yang membingungkan lawan sungguhpun Keng Hong tetap tenang.

Setelah memutar otak dan mengetahui kelamahannya, tiba-tiba Keng Hong berseru keras ketika untuk ke sekian kalinya telunjuk kiri lawan menusuk ke arah mata dan telunjuk kanan menotok jalan darah di dekat iga. Keng Hong mengangkat tangan menangkis tusukan ke arah matanya dan membiarkan saja telunjuk kanan lawan yang menotok iga. Ia sudah memperhitungkan dengan seksama, sengaja memperlambat gerakannya sehingga tidak kentara bahwa dia memang membiarkan totokan itu, akan tetapi diam-diam dia telah mempergunakan Ilmu I-kiong-hoan-hiat, yaitu ilmu memindahkan jalan darah yang dia pelajari dari kitab curian suhunya dari Siauw-lim-pai yang tadi dia berikan kepada Yap Cong San.

"Cusss...! Plakkkk!!"

Tepat pada saat telunjuk yang amat keras seperti baja itu mengenai kulit iganya, dimana jalan darahnya telah dipindahkan dengan Ilmu I-kiong-hoan-hiat, cepat sekali tangan kiri Keng Hong menyambar, membarengi totokan lawan, tangan yang terbuka itu telah mendorong dada Bun-long Lo-mo.

Tubuh kakek itu terlempar sampai empat meter jauhnya, terbanting roboh dan terengah-engah, namun cepat dia bangkit bersila untuk mengerahkan sinkang memulihkan keadaan di tubuhnya yang mengalami gempuran hebat.

"Luar biasa... Ha-ha-ha, baru sekaranglah kami dapat puas! Hebat bukan main kau Cia Keng Hong. Bereskan napasmu dulu dan bersiaplah engkau karena sekarang aku sendiri yang akan menguji kepandaianmu,"

Kakek jembel itu meloncat maju dan berhadapan dengan Keng Hong yang masih berdiri dan memejamkan mata, mengatur pernapasannya, karena biarpun dia tadi sudah memindahkan jalan darah sehingga yang kena ditotok hanyalah tempat yang kosong, namun kulit dagingnya terasa nyeri, tulang iga linu dan rongga dagingnya tergetar oleh hawa pukulan yang amat kuat tadi.

Namun hanya sebentar saja dan pemuda perkasa ini sudah mampu memulihkan keadaannya dan dia kini menghadapi Kai-ong Lo-mo dengan sikap tenang dan waspada. Ujian ini tiba di puncak dan akhirnya karena dia mengerti bahwa kakek jembel yang menjadi orang pertama dari Thian-te Sam-lo-mo ini tentu memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi.

"Locianpwe, masih belum cukupkah Locianpwe bertiga mengganggu aku,” Keng Hong bertanya.

Kai-ong tertawa bergelak,
"Ha-ha-ha, bocah bodoh! Engkau seorang tokoh muda yang luar biasa, mengapa menganggap kami mengganggu? Pertandingan ini amat berguna, tidak saja bagi pengalaman kami, akan tetapi juga bagimu sendiri. Kelak kau akan berterima kasih kepada kami. Hebat memang kepandaianmu, engkau patut menjadi murid Sie Cun Hong. Aku sudah menyaksikan kepandaianmu silat tangan kosong yang hebat, kini aku ingin sekali menyaksikan kepandaianmu menggunakan senjata! Keluarkan senjatamu, Cia Keng Hong!"

Keng Hong menggeleng kepala.
"Aku tidak memusuhi Sam-wi Locianpwe, mengapa harus menggunakan senjata? Senjata tidak bermata, sekali salah tangan akan mendatangkan bencana."

Kakek itu tertawa.
"Ha-ha-ha, hendak kulihat apakah engkau berani menghadapi Kai-ong Lo-mo tanpa senjata!" Sambil tertwa-tawa kakek itu menerjang ke depan, tangan kirinya menampar ke arah pelipis Keng Hong.

"Syuuuuuuttt... Cettt!"

"Ihhhhh!"

Keng Hong berteriak kaget. Ketika dia mengelak tamparan itu dengan menggerakkan tubuh atasnya ke belakang sehingga tangan kakek itu menyambar lewat tidak mengenai sasaran, tiba-tiba ujung lengan baju kakek itu menyambar ke arah pundaknya dengan kecepatan yang amat hebat.

Hanya dengan menjatuhkan diri ke belakang saja Keng Hong dapat menyelamatkan pundaknya. Kiranya kakek ini selain memiliki tenaga yang hebat, juga kedua ujung lengan bajunya yang panjang itu merupakan sepasang senjata yang amat ampuh.

Pedang Kayu Harum







Tidak ada komentar: