*

*

Ads

FB

Senin, 26 September 2016

Petualang Asmara Jilid 039

“Aihh! Tentu saja aku lupa! Engkau sudah... eh, besar sekarang, sudah menjadi seorang dara yang... ah, cantik jelita!” Kun Liong berhenti ketika melihat sinar mata itu tiba-tiba menjadi tajam sekali ditujukan kepadanya. Cepat dia menyambungnya, “Dan engkau menjadi lihai sekali dengan pedangmu. Bi Kiok, bagaimana engkau bisa mengenalku?”

Bi Kiok menggerakkan pandang matanya dan tahulah Kun Liong. Kepalanya! Tentu saja di dunia ini, mana ada kepala gundul lain kecuali dia? Kalau ada pemuda gundul, tentu para hwesio! Tak terasa lagi ia menggerakkan tangan mengelus kepalanya, memandang Bi Kiok sambil tersenyum.

“Terima kasih, Bi Kiok. Engkau telah dua kali menyelamatkan nyawaku. Yang pertama di sungai dahulu dan kini...”

“Sudahlah. Harap engkau cepat-cepat pergi dari sini. Kalau terlambat, aku benar-benar takkan dapat menyelamatkan nyawamu lagi. Cepat pergi, Kun Liong dan jangan banyak bertanya!”

“Ah, mengapa begitu? Apakah aku tidak boleh bicara denganmu setelah pertemuan yang tak tersangka-sangka ini?”

“Tidak, jangan! Pergilah!”

“Hanya untuk mengucapkan terima kasih juga tidak boleh?”

Dara itu menghela napas.
“Engkau bandel. Mereka semua akan mati, dan engkau juga kalau tidak lekas pergi!”

Melihat dara itu gelisah sekali Kun Liong menjadi tidak tega. Dia tidak takut akan ancaman maut, akan tetapi dia tidak mau menyusahkan hati dara yang telah dua kali menolongnya ini.

“Baiklah, Bi Kiok. Aku pergi, akan tetapi terimalah ucapan terima kasihku kepadamu!”

Rasa terima kasih membuat Kun Liong memegang tangan kanan dara itu, membawa tangan itu kepada... kepalanya yang gundul sehingga terasa olehnya betapa telapak targan yang halus hangat itu menyentuh gundulnya! Heran sekali dia di dalam hatinya, mengapa dia ingin sekali gundulnya disentuh oleh tangan dara ini? Akan tetapi Bi Kiok merasa geli dan menarik tangannya biarpun dengan halus.

“Pergilah, Kun Liong.”

“Kapan kita bertemu lagi, Bi Kiok?”

“Tidak mungkin bertemu lagi. Selamat berpisah!” Setelah berkata demikian, dara itu melangkah ke luar, di pintu membalik dan berkata, “Kau ambil jalan dari pintu belakang. Cepat!” Barulah dara itu meloncat ke depan dan tak nampak lagi.

Kun Liong segera menyelinap melalui belakang kuil, akan tetapi dia tidak pergi seperti telah dipesan oleh Bi Kiok, melainkan berindap-indap menyelinap di antara pohon-pohon menuju ke luar kuil dan tak lama kemudian dia telah bersembunyi di belakang semak-semak dan mengintai ke halaman kuil. Matanya terbelalak penuh kengerian ketika dia menyaksikan apa yang terjadi di halaman kuil tua itu.






Seorang wanita yang bertubuh pendek, sama tingginya dengan Bi Kiok yang baru berusia tiga belas tahun, akan tetapi wajah wanita itu menunjukkan bahwa dia telah berusia dua kali lebih, berdiri di tengah halaman. Wajah wanita itu cantik dengan muka bulat, di punggungnya tampak sebatang pedang panjang agak melengkung, rambutnya panjang digelung secara aneh.

Yang mengerikan adalah tangannya yang berlepotan darah itu menggenggam sepotong benda berdarah yang dimakannya dengan gigitan-gigitan kecil! Di depan kakinya menggeletak sesosok mayat anak buah Pek lian kauw dengan dada robek sedangkan empat orang anggauta Pek lian kauw lainnya masih mengurungnya dengan senjata di tangan, bersama Loan Khi Tosu, Ouw Ciang Houw dan Kiang Ti yang semua telah memegang senjata menghadapi wanita cantik itu. Bi Kiok berdiri di pinggir, bersedakap dan menonton dengan wajah dingin!

Tiba-tiba Loan Khi Tosu mengeluarkan suara pekik dahsyat, itulah Sai cu-ho kang (Auman Singa) yang dapat melumpuhkan lawan. Namun wanita itu tidak bergoyang sedikit pun, bahkan menghadapi terjangan Loan Khi Tosu yang disusul teman-temannya, dan dia bersikap seenaknya, menghabiskan benda berdarah yang dimakannya.

Setelah senjata tujuh orang itu berkelebatan dekat hampir mengenai tubuhnya, barulah wanita itu menyambutnya. Sisa benda berdarah itu digigitnya, kedua tangannya bergerak-gerak dan tiba-tiba sanggul rambutnya terlepas, rambut itu berubah menjadi bayangan hitam menyambar ke sekelilingnya, jari-jari tangannya menyambar dan tampaklah darah muncrat-muncrat disusul pekik mengerikan berkali-kali.

Sebentar saja semua gerakan berhenti dan Kun Liong yang bersembunyi, memandang dengan muka pucat sekali, matanya terbelalak dan mulutnya terasa kering! Penglihatan di depan itu terlalu menyeramkan!

Hanya Loan Khi Tosu dan Kiang Ti dua orang saja yang masih hidup, bangkit duduk dan cepat mengatur pernapasan. Lima orang yang lain, yaitu Ouw Ciang Houw Si Sastrawan Cabul dan empat orang anggauta Pek lian kauw yang tadi mengeroyok, telah menggeletak malang-melintang dengan dada terobek dan jantung mereka kini telah berada di tangan wanita itu!

“Tahukah engkau mengapa aku tidak membunuh kalian berdua?” Terdengar suara wanita itu setelah menyemburkan sisa jantung pertama yang tadi digigitnya ke atas tanah, mulutnya yang berlepotan darah itu amat mengerikan. “Loan Khi Tosu, karena aku ingin engkau pergi menghadap Ketua Pek lian kauw dan mengatakan bahwa kalau dia menghendaki bantuan Siang tok Mo li, dia harus bersikap lebih hormat dan mengundangku sendiri, dan kematian lima orang anak buahnya ini untuk peringatan bahwa biarpun aku suka bekerja sama, namun sama sekali aku bukanlah anak buah atau kaki tangan Pek lian kauw!”

Dengan susah payah Loan Khi Tosu bangkit, tongkatnya telah patah-patah dan tulang pundaknya patah pula.

“Pinto mengerti dan pesan Locianpwe akan pinto sampaikan kepada ketua kami.”

“Tolol kau tosu busuk! Setua engkau menyebut aku Locianpwe? Aku adalah Nona Bu, mengerti?”

Tosu itu mengangguk-angguk dan menyeringai.

“Dan engkau orang she Kiang, aku tidak membunuhmu bukan karena aku takut terhadap Kwi eng Niocu Ang Hwi Nio, melainkan aku ingin engkau menyampaikan pesan kepada gurumu itu bahwa kalau aku mau, mudah saja aku membunuh murid kepalanya. Nah, kalian minggatlah!”

Dua orang itu melangkah pergi dengan terhuyung-huyung dan wanita itu terkekeh genit, kemudian dia memandang kepada Bi Kiok yang sejak tadi berdiri dengan kedua lengan bersedakap tanpa bergerak seperti arca sambil menegur,

“Bi Kiok, mengapa engkau menolong Si Gundul itu?”

Bukan main kagetnya hati Kun Liong. Juga Bi Kiok diam-diam kaget sekali biarpun wajahnya tidak membayangkan sesuatu.

“Dia bukan segolongan dengan orang-orang ini, Subo,” jawab Bi Kiok, suaranya dingin dan sama sekali tidak menunjukkan perasaan apa-apa.

“Hemmm, kau kira aku tidak tahu akan hal itu? Semalam kulihat dia seorang pemuda yang bertulang baik dan berdarah bersih, tentu lebih bermanfaat bagiku jantungnya. Akan tetapi engkau telah menolongnya dan membebaskannya. Eh, Bi Kiok jangan main-main kau. Apakah engkau jatuh cinta kepada pemuda gundul yang tampan itu?”

Kembali Kun Liong terkejut sampai tubuhnya terguncang. Bukan main perempuan itu. Mengerikan dan ganas, juga cerdik luar biasa. Entah mengapa dan bagaimana Bi Kiok sampai bisa menjadi murid Iblis betina yang menyeramkan itu.

“Tidak, Subo. Jangan Subo menyangka yang bukan-bukan. Karena melihat dia menjadi tawanan orang-orang ini, maka teecu menganggap bahwa Subo tidak menghendakinya dan teecu melepaskan belenggunya.”

“Untung bahwa kau tidak mencintanya. Kalau kau mencintanya, sekarang juga dia kubunuh dari tempat ini!”

Untuk ke tiga kalinya Kun Liong kaget setengah mati. Celaka, agaknya wanita mengerikan itu tahu bahwa dia bersembunyi di situ. Kalau tidak, mana mungkin wanita itu mengatakan dapat membunuh Kun Liong dari tempat dia berdiri?

“Mengapa begitu, Subo? Teecu tidak mencinta siapa-siapa, akan tetapi kalau teecu mencintanya mengapa Subo hendak membunuhnya?”

“Pertanyaan yang tolol, jatuh cinta kepada seorang pria berarti membunuh diri sekerat demi sekerat, tahukah engkau? Mencinta pria tidak ada gunanya sama sekali, karena di dunia ini tidak ada pria yang setia! Sebelum mendapatkan dirimu, pria bersumpah setinggi langit sedalam lautan, kalau sudah mendapatkan, matanya liar mencari perempuan lain. Tahu? Karena itu, jangan sekali-kali engkau jatuh cinta kepada pria, dan kalau kelak engkau jatuh cinta jalan satu-satunya yang baik adalah membunuhnya, merubah cintamu menjadi benci. Mengerti?”

Bi Kiok tidak menjawab dan agaknya iblis betina itu pun tidak membutuhkan jawaban karena dia sudah mulai mengganyang lima buah jantung yang masih basah oleh darah itu, masing-masing digigit sepotong lalu dibuang sambil mengomel,

“Ihhh, jantung manusia-manusia celaka ini sama sekali tidak enak, terutama jantung dia yang berpakaian sastrawan ini!” Dia menggerakkan kakinya menendang.

“Prokkk!!” Kepala mayat Ouw siucai remuk dan otaknya berantakan!

“Uweeekk!”

Tak dapat ditahan lagi Kun Liong muntah-muntah di tempat persembunyiannya! Dia muak bukan main, tak dapat ditahannya lagi, bukan hanya muak melihat iblis betina itu makan jantung mentah, juga amat muak mendengar ucapannya.

“Ihhhh...!”

Bi Kiok tidak dapat menyembunyikan rasa kagetnya karena dia sungguh tidak menyangka bahwa Kun Liong masih bersembunyi di tempat itu!

“Nah, kau lihat betapa menjemukan laki-laki!” Gurunya berkata lagi, “Untung engkau tidak mencintanya, kalau kau mencintanya, engkau kuharuskan membunuhnya sekarang juga. Karena kau sudah membebaskannya, kita harus menjaga gengsi! Biarlah dia bebas, akan tetapi sekali kita berjumpa dengan bocah gundul itu, engkau ketuk kepala gundulnya sampai pecah!”

Kun Liong tak dapat menahan rasa panas yang membakar di dalam perutnya. Dia boleh mati dibunuh akan tetapi tidak mungkin dia diam saja menelan penghinaan orang, biarpun orang itu sekejam iblis betina ini! Dia tidak bersalah apa-apa, mengapa dihina?

“Eh, eh, nanti dulu! Aku tidak melakukan suatu kesalahan, mengapa tiada hujan tiada angin, tiada api tiada air, Bibi datang-datang memaki-maki aku?”

Kun Liong sudah meloncat keluar dari balik semak-semak sambil mengusap mulutnya yang tadi muntah, memandang kepada iblis betina itu tanpa berkedip dan sedikit pun tidak merasa takut.

“Gundul buruk! Siapa bibimu?”

Siang tok Mo li Bu Leng Ci membentak, terheran juga menyaksikan keberanian bocah gundul ini.

“Siapa lagi kalau bukan Siang tok Mo-li, seorang di antara para datuk kaum sesat? Kalau tidak boleh disebut bibi, habis aku disuruh menyebut apa?”

“Swinggg... siuuuuttt...!!”

Kun Liong sudah memejamkan mata melihat sinar hitam dari rambut wanita itu menyambar dengan kecepatan yang mengerikan. Benar saja, dia merasa ada rambut-rambut halus panjang dan harum membelit seluruh tubuhnya dan tubuhnya terangkat ke atas lalu berputar-putar seperti kitiran angin. Celaka, pikirnya. Dia tidak mampu menggerakkan kaki dan tangan karena keempat anggauta tubuhnya itu ikut terbelit. Sekali saja dibanting, akan remuk dia!

“Aku adalah Nona Bu, tahu?”

“Aku tahu, Nona Bu yang bisanya hanya membunuh orang yang tidak bisa melawan! Bisanya hanya menjilat ludah sendiri yang sudah dikeluarkan di atas tanah!”

“Apa kau bilang ? Bedebah busuk, kusiksa engkau sampai minta-minta ampun!”

“Siksalah. Siapa takut? Hal itu hanya akan menambah bukti bahwa Siang tok Mo li yang terkenal sebagai seorang di antara datuk-datuk hanyalah bernama kosong, yang melanggar janji sendiri!”

“Brukkk!”

Tubuh Kun Liong dibanting ke atas tanah, akan tetapi tidak terlalu keras karena kata-kata pemuda itu sudah menikam ke dalam dada iblis betina itu.

Petualang Asmara







Tidak ada komentar: