*

*

Ads

FB

Kamis, 06 Oktober 2016

Petualang Asmara Jilid 057

Dengan hati penasaran dan marah, Siang-tok Mo-li Bu Leng Ci menurunkan muridnya, yang tadi dipondongnya setelah merasa yakin bahwa suami isteri yang lihai itu tidak mengejarnya. Dia membuka bajunya, mengambil obat dan mengobati luka di pundaknya yang terkena sambitan Touw-kut-ci yang dilepas oleh Yap Cong San. Hatinya merasa penasaran sekali, akan tetapi Bu Leng Ci bukanlah seorang bodoh yang nekat. Dia maklum bahwa menghadapi kedua orang suami isteri itu amatlah berbahaya. Kalau hanya melawan seorang di antara mereka, agaknya dia masih menang sedikit. Akan tetapi kalau harus menghadapi mereka berdua, benar-benar berbahaya sekali.

“Subo, siapakah yang bertanding dengan Subo sampai membuat Subo terluka?” anak perempuan itu bertanya sambil memandang dengan heran dan penasaran.

Anak perempuan ini adalah Yo Bi Kiok. Seperti telah diceritakan di bagian depan, hampir enam tahun yang lalu Bi Kiok diambil murid oleh Siang-tok Mo-li setelah ditolong dari tangan Phoa Sek It bekas pengawal Panglima Besar The Hoo yang mencuri bokor emas.

Dengan sia-sia Bu Leng Ci mencari Kun Liong yang disangkanya melarikan bokor emas. Tentu saja dia tidak dapat menemukan Kun Liong karena anak ini telah diambil murid oleh Bun Hoat Tosu di puncak Gunung Teratai Biru dan digembleng selama lima tahun oleh kakek sakti itu.

Selama itu, Bu Leng Ci melatih ilmu silat kepada muridnya dan dia girang sekali memperoleh kenyataan bahwa Bi Kiok memiliki bakat yang baik sekali. Akan tetapi setiap kali teringat akan bokor emas yang dicurinya, dia selalu merasa penasaran sehingga berkali-kali dia mengajak muridnya merantau di sepanjang Sungai Huang-ho untuk menyelidiki dan mencari bokor itu.

Pada waktu itu, dia berada di tepi Huang-ho di lereng Lu-liang-san juga untuk menyelidiki bokor emas dan secara tidak tersangka-sangka di tempat ini dia sampai terluka oleh suami isteri yang sama sekali tidak terkenal! Hatinya penasaran sekali. Tentu saja dia tidak pernah mimpi bahwa baru beberapa bulan yang lalu dia telah berhadapan muka dengan orang yang menyimpan bokor emas yang diinginkannya itu.

Ketika dia membunuhi orang-orang Pek-lian-kauw yang berani melawannya, kemudian bertemu dengan pemuda gundul yang memiliki keberanian luar biasa, dia sama sekali tidak mengira bahwa pemuda gundul itulah yang dahulu dicari-carinya bersama Bi Kiok! Kalau saja dia tahu! Dan semua ini adalah karena Bi Kiok merahasiakan tentang diri Kun Liong, karena dara remaja ini tidak ingin melihat Kun Liong dibunuh oleh gurunya, hal yang sudah pasti terjadi kalau dia beritahukan bahwa bokor itu dilarikan Kun Liong. Karena itu pula, sebelum pergi meninggalkan kuil tua, dengan ujung sepatunya Bi Kiok membuat coretan-coretan di atas tanah memperingatkan Kun Liong agar jangan membicarakan tentang bokor dengan siapapun juga!

Biarpun lukanya tidak hebat, namun hati Bu Leng Ci mendongkol bukan main. Sudah bertahun-tahun dia merantau dan belum pernah dia dikalahkan lawan, jangankan sampai terluka! Hanya sedikit hiburan hatinya bahwa dia telah melukai wanita bernama Gui Yan Cu itu dengan Pasir Beracun Wangi. Mengingat ini, dia tersenyum sendiri dan kemarahannya lenyap.

“Hemm, aku terluka hanya sedikit, tidak ada artinya, akan tetapi perempuan itu akan mampus oleh Siang-tok-soa yang mengenai dadanya. Tidak ada obat yang akan dapat menyembuhkan racun pasirku!” katanya dengan menjawab pertanyaan muridnya tadi.






“Subo, selama enam bulan ini Subo selalu mencari bokor emas tanpa mengenal lelah. Sebetulnya apa sih gunanya bokor itu?”

Mereka duduk di bawah pohon dan Bi Kiok memandang gurunya yang sudah selesai membalut luka di pundaknya. Bi Kiok telah menjadi seorang dara remaja berusia empat belas tahun, wajahnya cantik namun sikapnya selalu serius dan dingin. Hal ini agaknya karena terlampau banyak kepahitan yang dideritanya selama hidupnya.

Bu Leng Ci memandang muridnya. Dia amat sayang kepada muridnya ini yang selalu patuh, rajin berlatih, dan juga kelihatan berbakti dan sayang kepadanya. Iblis betina ini tersenyum.

“Aihh, kau tidak tahu, muridku. Bokor itu merupakan benda pusaka yang amat berharga, mungkin pusaka yang paling berharga yang dimiliki The Hoo.”

“Hemm, apakah Subo membutuhkan emas? Betapa mudahnya kalau Subo menghendaki emas.”

Dengan kata-kata ini Bi Kiok hendak menyatakan babwa kalau gurunya menghendaki, mereka dapat saja mengambil dan merampas emas milik siapapun juga, tidak perlu mencari-cari benda yang telah hilang itu.

“Emas? Hi-hi-hi, siapa butuh emas? Bokor itu kabarnya, dan ini hanya kabar angin yang membocor dari rahasia Panglima The Hoo, mengandung peta rahasia yang menunjukkan tempat persembunyian harta pusaka terpendam yang tak ternilai harganya.”

“Apakah Subo membutuhkan harta?”

Kembali iblis betina itu tertawa sambil menggeleng kepalanya. Kalau melihat dia sedang bercakap-cakap dengan muridnya sambil tersenyum manis seperti itu, orang tidak akan menyangka bahwa dialah Siang-tok Mo-li, iblis betina yang menggemparkan dunia kang-ouw karena kelihaian dan kekejamannya, mengerikan hati orang karena kebiasaannya yang menyeramkan dan menjijikkan, yaitu mengganyang jantung manusia mentah-mentah, diambil langsung dari rongga dada seorang lawan hidup-hidup! Sepatutnya dia seorang wanita bertubuh pendek yang cantik manis dan sayang kepada muridnya.

“Aku tidak membutuhkan harta karena apa saja yang bisa didapatkan dengan harta, dapat pula kuperoleh asal aku menghendakinya. Akan tetapi harta yang amat besar itu perlu untuk mencapai suatu tingkat kedudukan tinggi, dan pula, yang amat menarik hati adalah kitab pusaka ilmu kesaktian simpanan yang dirahasiakan manusia sakti The Hoo!”

Memang demikianlah, seperti Siang-tok Mo-li itulah isi pikiran sebagian besar manusia di dunia ini. Betapa menyedihkan! Manusia diombang-ambingkan oleh keinginan, dan membagi-bagi keinginan itu sebagai keinginan baik, keinginan luhur, keinginan suci dan sebagainya.

Padahal, apakah perbedaan antara keinginan yang ini dengan keinginan yang itu? Apakah perbedaan antara keinginan menjadi pandai, menjadi kaya, menjadi mulia dan lain-lain? Bahkan, apakah bedanya antara keinginan duniawi dan keinginan batiniah? Tetap sama, keduanya keinginan juga yang terdorong oleh hati tidak puas akan keadaan sekarang dan menginginkan keadaan lain yang belum terlaksana, atau terdorong oleh rasa takut akan masa depan, takut akan sesuatu yang tidak disukainya.

Kita lupa bahwa keinginan melahirkan kekecewaan apabila tidak tercapai. Apakah akan mendatangkan kepuasan mutlak apabila tercapai? Biasanya tidak! Keinginan yang tercapai akan terasa hampa, tidaklah seindah dan senikmat kalau belum tercapai, kalau masih menjadi angan-angan, karena pikiran yang selalu terbetot untuk mencari sesuatu yang belum ada, selalu akan tertarik pula untuk menjangkau yang baru lagi. Keadaan sekarang dianggap sudah lama dan membosankan, selalu ingin yang baru, lupa bahwa yang baru itu kalau sudah tercapai akan membosankan pula dan menjadi barang lama juga! Demikianlah, kita akan terperosok ke dalam lingkaran setan, terus beringin, terus menjangkau dan hidup menjadi hamba keinginan!

Ada sebagian orang yang menganggap bahwa adanya keinginan itulah yang membuat manusia hidup menjadi maju! Apakah yang dimaksudkan dengan kemajuan? Apakah adanya pertentangan antar manusia, perang, kelaparan di sana-sini, permusuhan, dendam, iri dan benci-membenci ini termasuk kemajuan? Apakah setiap perbuatan, setiap pekerjaan yang dilakukan, harus didasari keinginan? Apakah kalau orang menanam jagung tanpa mengharapkan apa-apa, melakukan demi cintanya kepada pekerjaan itu saja, maka hasilnya akan berkurang? Apakah benar bahwa kemajuan lahir karena keinginan? Keinginan membuat manusia menjadi hamba, terikat, dan hidupnya seperti boneka yang digerakkan oleh benang-benang nafsu keinginan.

Tidak ada kebebasan dalam arti kata yang selengkapnya. Dan selama hidup kita dicengkeram sepenuhnya setiap saat oleh keinginan, maka pertentangan antar manusia tentu saja takkan pernah berhenti karena keinginan mutlak dikuasai oleh si aku, demi aku, punyaku dan selamanya kita bergerak demi aku masing-masing, damai dan tenteram antara manusia takkan pernah terujud! Pertentangan, persaingan, perebutan untuk aku masing-masing akan terus berlangsung, baik antara perorangan, antara kelompok, antara ras, antara bangsa!

Betapa menyedihkan. Bilakah manusia sadar sepenuhnya akan hal ini? Bukan hanya untuk mengetahui, karena pengetahuan hanyalah pengekoran belaka, mengekor yang sudah ada, yang sudah lalu. Setiap orang pencuri TAHU bahwa mencuri adalah tidak baik. Setiap orang penjudi TAHU bahwa berjudi adalah tidak baik. Namun dia tetap mencuri, dia tetap berjudi.

Akan tetapi sekali dia MENGERTI, dalam arti kata mengerti sampai ke akarnya, mengenal diri dan keadaan dirinya sendiri, maka pengertian ini akan menghapus semua itu sehingga lenyap tanpa bekas!

“Subo,” Bi Kiok berkata lagi, “teecu (murid) kira akan percuma saja mencari sebuah benda yang tidak kita ketahui di mana adanya. Bagaimana mungkin mencari sebuah bokor emas dan sepanjang sungai Huang-ho yang begini luas dan panjang? Biar membuang waktu seratus tahun, mana mungkin dapat memeriksa daerah Huang-ho sampai habis?”

“Engkau benar, Bi Kiok. Agaknya bocah itu berada di tangan orang lain. Suami isteri yang lihai itu mencurigakan. Akan tetapi berat untuk melawan mereka seorang diri. Biarlah sekarang kita pergi mengunjungi Telaga Kwi-ouw yang tidak jauh dari sini.”

Bi Kiok mengerutkan alisnya yang hitam panjang kecil.
“Telaga Kwi-ouw? Bukankah di sana sarang Kwi-eng-pang?”

“Benar. Aku hendak menemui Kwi-eng-pangcu (Ketua Kwi-eng-pang), yaitu Kwi-eng Niocu Ang Hwi Nio. Kedudukan kami berdua setingkat. Di dunia sekarang ini hanya ada lima orang yang diakui sebagai tokoh-tokoh yang mewakili kelima penjuru. Aku mewakili selatan, Kwi-eng Niocu mewakili barat, Ban-tok Coaong mewakili utara, Hek-bin Thian-sin mewakili timur, dan Toat-beng Hoatsu mewakili daerah di tengah daratan. Kabarnya mereka itu semua condong untuk bersekutu dengan Pek-lian-kauw dan bersama-sama menyusun kekuatan untuk menghadapi pemerintah. Dengan bergabung bersama mereka, tentu kelak akan terbuka jalan bagiku untuk memperoleh bokor itu.”

“Akan tetapi... Subo telah membunuh orang-orang Pek-lian-kauw di kuil itu, melukai tosu Pek-lian-kauw, membunuh teman murid Kwi-eng Niocu dan melukai murid kepala yang menjadi Ketua Ui-hong-pang itu! Tentu Subo akan dimusuhi mereka.”

“Heh-heh, memang kusengaja! Itulah semacam kartu namaku untuk mereka, agar mereka membuka mata dan tahu siapa Siang-tok Mo-li dari selatan! Orang-orang itu berani menentangku, bukan? Sudah sepatutnya dibunuh. Hal ini tentu dimengerti oleh para pimpinan Pek-lian-kauw, maka kubiarkan tosu itu hidup. Dan kulukai murid Kwi-eng Niocu agar dia tidak memandang rendah kepadaku!”

“Akan tetapi, mungkinkah mereka mau mengerti setelah Subo melakukan kesukaan Subo atas diri para anggauta Pek-lian-kauw itu? Subo tidak hanya membunuh mereka, akan tetapi makan jantung mereka. Teecu tahu bahwa Subo mempunyai kebiasaan itu untuk memperkuat diri Subo, dan biarpun teecu sendiri tidak suka karena jijik untuk melakukannya, akan tetapi teecu tidak menentang. Hanya yang teecu sangsikan, apakah pihak Pek-lian-kauw dan Kwi-eng-pang akan dapat menerimanya?”

“Mereka sudah tahu akan kebiasaan dan kesukaanku, tentu mereka mengerti.”

“Jadi mereka sudah mengerti? Akan tetapi teecu yang menjadi murid Subo malah belum mengerti mengapa Subo hanya suka makan jantung pria saja.”

“Hal itu ada hubungannya dengan riwayatku, Bi Kiok.”

“Mengapa tidak Subo ceritakan kepada teecu?”

Siang-tok Mo-li Bu Leng Ci menarik napas panjang, lalu berkata,
“Aku tidak suka menggali riwayat lama yang menyakitkan hati, akan tetapi tidak kuceritakan pun kelak engkau akan mengetahui. Daripada mendengar dari orang lain yang mungkin memutar-balikkan kenyataan, baiklah kau dengarkan riwayat singkatku yang menjadi pendorong mengapa aku hanya suka mengganyang jantung pria.”

Iblis Betina Racun Wangi itu lalu bercerita dengan singkat. Ketika dia masih muda sekali, dia telah mengalami bermacam penghinaan dan perlakuan buruk dari kaum pria. Bu Leng Ci adalah seorang peranakan Jepang. Ibunya diculik bajak laut Jepang, karena ibunya adalah seorang gadis nelayan di pantai laut selatan, kemudian ibunya dipaksa menjadi isteri muda kepala bajak itu sampai melahirkan dia. Kemudian, dalam usia empat belas tahun dia dikawinkan dengan seorang laki-laki tua bangsa Jepang dan tinggal di Jepang. Biarpun tua, laki-laki itu adalah seorang pendekar samurai yang kenamaan.

Hanya sayang, kakek itu hanya memperisterinya untuk melayaninya dalam keperluan sehari-hari belaka dan semenjak menjadi isterinya, jago samurai itu tidak pernah tidur dengannya! Tentu saja hal ini menjadi siksaan dan barulah diketahui bahwa jago samurai yang dalam istilah dunia persilatan adalah seorang kiam-hiap (pendekar pedang) itu pantang untuk tidur dengan wanita. Maka terjadilah hal yang wajar dalam keadaan seperti itu. Seorang pemuda, tetangga mereka, seorang pemuda Jepang yang tampan, menarik hatinya. Mereka saling jatuh cinta. Hal ini diketahui oleh suaminya. Namun pendekar Jepang itu, bersikap murah dan bijaksana, bahkan memberikan Leng Ci untuk menjadi lsteri pemuda itu.

Namun, masa penuh madu itu hanya berlangsung tidak lebih dari beberapa bulan saja bagi Leng Ci. Suaminya, pemuda yang tadinya bersumpah kerak-keruk mencintainya, segera berpaling muka dan bermain gila dengan wanita-wanita lain. Dia menjadi seorang wanita yang disia-siakan oleh suami!

Pada waktu itu, Leng Ci pandai bermain pedang samurai, dilatih oleh suaminya yang pertama. Setelah beberapa kali bercekcok, akhirnya Leng Ci membunuh suami ke dua ini bersama kekasih suaminya, dan melarikan diri, ikut ayahnya menjadi bajak laut.

Petualang Asmara







Tidak ada komentar: